Budaya

Kembalikan Fungsi Babancong, DKKG Gelar Ngawangkong “Ngawangun Rasa Ngahontal Harepan”

×

Kembalikan Fungsi Babancong, DKKG Gelar Ngawangkong “Ngawangun Rasa Ngahontal Harepan”

Sebarkan artikel ini
Ngawangkong di Babancong yang diinisiasi oleh DKKG di area babancong yang berlokasi di Alun-alun Kabupaten Garut, Sabtu (3/9/2022). (Foto: Yan AS)

GOSIPGARUT.ID — Dewan Kebudayaan Kabupaten Garut (DKKG) menginiasi acara budaya Ngawangkong di Babancong dengan tema “Ngawangun Rasa Ngahontal Harepan”, Sabtu (3/9/2022). Acara yang dihelat di area babancong, Alun-alun Garut, Kabupaten Garut, itu dibuka oleh Wakil Bupati Helmi Budiman.

Helmi mengatakan, babancong ini merupakan salah satu sarana yang dibangun untuk menjembatani antara masyarakat dengan pemerintah, terutama dalam rangka membangun kebudayaan.

“Karena budaya itu berkaitan dengan rasa, rasa ini kan sebenarnya ya semua pendekatan yang bisa langsung memasyarakat dengan masyarakat langsung itu pendekatan rasa. Jadi satu pendekatan yang cukup positif untuk membangun Kabupaten Garut,” ucapnya.

Helmi berharap, dengan adanya babancong serta kegiatan Ngawangkong di Babancong ini bisa menyamakan visi dan misi antar masyarakat maupun pemerintah.

“Ini (harapannya bisa) menyamakan, jadi kan kalau dalam istilah manajemen itu ada visi misi, yah ini kan visi misi itu harus satu pemahaman. Nah ini juga rasa harus satu rasa, jadi insya Allah ini merupakan modal untuk kita,” tuturnya.

Baca Juga:   Penyumbang Pengangguran Terbesar, SMK di Jabar Kemungkinan Bakal Dibubarkan

Sementara, Ketua DKKG Garut, Irwan Hendarsyah mengatakan acara ini merupakan kegiatan yang mengangkat fungsi dari babancong itu sendiri, yaitu sebagai tempat yang digunakan untuk memberikan informasi kepada masyarakat oleh para pejabat pada zaman dahulu.

“Nah ini fungsi dewan kebudayaan mengembalikan fungsi sebenarnya, karena pada zaman dahulu bahwa di babancong ini adalah di saat Pak Soekarno memberikan anugerah Garut Kota Intan,” ujar dia.

Di acara Ngawangkong di Babancong ini, dijelaskan Irwan, pihaknya mengundang beberapa narasumber guna membahas permasalahan yang ada di Kabupaten Garut, utamanya membahas pemikiran para budayawan.

“Ini salah satu bentuk pemikiran dari masyarakat khususnya masyarakat yang berbudaya untuk sama-sama memberikan masukan hal-hal yang positif, yang nantinya akan kami berikan kepada pihak terkait bahwa hasilnya seperti ini. Semoga (hasilnya) menjadi hal yang baik,” lanjutnya.

Baca Juga:   Rhoma Irama akan Berada di Garut, Berdialog dengan 400 Tokoh Pesantren

Selain Ngawangkong di Babancong, Irwan mengatakan bahwa di pagi harinya pihaknya juga telah menyelenggarakan kegiatan “Kabaya Ngabuana” dan “Rasukan Sunda Ngajumantara” , yang dimaksudkan untuk mendorong bahwa “kabaya” yang merupakan salah satu warisan budaya tak benda dari Indonesia untuk dunia.

Ia menyebutkan, dengan adanya acara Ngawangkong di Babancong ini, bisa menjadi saran bagi pemerintah dari para budayawan di Kabupaten Garut khususnya yang tergabung dalam DKKG, yang mewakili sebagai masyarakat yang berbudaya.

“Semoga ini bisa menjadikan satu penguatan itu, dalam penyelesaian jika memang diperlukan. Budayawan itu tidak pernah memaksa, dan budayawan itu tidak pernah meminta, tapi budayawan itu wajib memelihara untuk keseimbangan semuanya,” kata Irwan.

Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Provinsi Jawa Barat, Jumhari mengatakan pihaknya sangat terbuka untuk bekerja sama dengan DKKG apalagi terkait dengan pembangunan kebudayaan.

“Dan hari ini sudah diwujudkan dalam konteks Ngawangkong di Babancong diskusi dalam konteks bicara mengenai kebudayaan sebagai ujung tombak pembangunan di Kabupaten Garut,” tuturnya.

Baca Juga:   Psykolog Nurlela: Pandemi Covid-19, Cara Alloh Menegur Kita untuk Perbaiki Keimanan

Jumhari berterimakasih kepada Ketua DKKG yang telah bekerja sama dengan pihaknya untuk melangkah lebih jauh. Tidak hanya dalam konteks kebudayaan secara makro saja, akan tetapi menjadi bagian penting dalam setiap proses pembangunan kebudayaan.

“Yang paling penting adalah bahwa proses pembangunan kebudayaan juga berkontribusi dalam konteks pembangunan dalam skala yang lebih mikro,” tuturnya.

Jumhari mengatakan, pembangunan kebudayaan menjadi tantangan bersama di mana basis pembangunan kebudayaan juga berjejaring dengan pembangunan ekonomi kreatif.

“Nah saya pernah mendengar dulu Garut disebut sebagai Swiss-nya dari Jawa Barat kalau nggak salah. Saya kira dengan potensi budaya dan alamnya, Garut (bisa) menjadi salah satu destinasi dari pariwisata budaya,” ujarnya. (Yan AS)


Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News, WhatsApp Channel dan Telegram Channel
Konten berbayar berikut adalah iklan platform Recreativ dan MGID. Gosipgarut.id tidak terkait dengan materi konten ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *