GOSIPGARUT.ID — Naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) membuat kecerian yang sempat menghiasi wajah emak-emak di Kabupaten Garut saat merayakan HUT ke-77 RI seketika sirna.
Kalangan emak-emak itu yang sejak awal merasakan kesulitan mengatur keperluan belanja rumah tangga pun kini kehilangan kata-kata. Terlebih, saat pemerintah resmi mengumumkan naiknya harga BBM pada Sabtu 3 September 2022.
“Sebelum harga BBM naik saja, ekonomi kita sudah sulit. Harga barang-barang pada naik. Pengeluaran terus bertambah. Sedangkan pendapatan berkurang. Apalagi sekarang harga BBM naik. Enggak tahu, saya harus ngomong apa lagi,” ujar Tanti (42) salah seorang emak-emak, warga Pataruman Kecamatan Tarogong Kidul, Minggu 4 September 2022.
Perempuan yang membuka warung jajanan anak-anak itu bercerita, meskipun pandemi Covid-19 disebut-sebut terkendali tapi perekonomian sama sekali belum pulih. Dari hari ke hari, jumlah konsumen yang datang dapat dihitung dengan jari. Banyak titipan barang dagangan pun tak terjual.
“Keadaan pasar juga sudah lama sepi terus. Banyak pedagang yang sampai siang juga barangnya selalu bersisa,” katanya.
Senada dikemukakan Sri Ayu (45) penjual jamu kelahiran Solo. Dia menyebutkan, selama puluhan tahun berjualan jamu dan suaminya berdagang bakso di Garut, baru sekarang ini dirasakan omsetnya sangat menurun.
“Kalau disebutkan, mungkin enggak akan percaya. Dalam sehari, masak hanya terjual satu mangkuk,” ujarnya menahan sedih.
Pekan lalu, Sri bersama suami dan anaknya sengaja menyempatkan diri pulang kampung untuk memulihkan hati dan pikiran menyikapi kondisi seperti itu.