Budaya

Pemerhati Sebut Sejarah Rakeyan Sancang Masih Dipenuhi Mitos, Bukan Fakta Ilmiah

×

Pemerhati Sebut Sejarah Rakeyan Sancang Masih Dipenuhi Mitos, Bukan Fakta Ilmiah

Sebarkan artikel ini
Oos Supyadin, pemerhati kesejarahan dan budaya asal Garut.

GOSIPGARUT.ID — Pemerhati Kesejarahan dan Budaya asal Kabupaten Garut, Oos Supyadin, menilai kisah tentang Rakeyan Sancang yang kini banyak diperbincangkan sebenarnya masih berada di wilayah mitos dan legenda, bukan sejarah faktual yang berbasis data ilmiah.

Menurut Oos, jejak penulisan mengenai Rakeyan Sancang—yang kerap diklaim sebagai pendiri kerajaan di Gunung Nagara, Cisompet, Garut—baru muncul sekitar satu dekade terakhir. “Artinya, tokoh ini seperti baru dimunculkan. Sebelumnya tidak ada ahli sejarah yang menuliskan secara akademis tentang sosok Rakeyan Sancang,” ujarnya, Rabu (12/11/2025).

Ia menilai wajar jika kemudian muncul pandangan kritis terhadap kelemahan historis figur tersebut, baik dari segi asal usul, narasi kehidupan, maupun sumber penulisannya.

Baca Juga:   SMKN 1 Garut Perkenalkan Model Pembelajaran Teaching Factory 6 Langkah

Oos menegaskan, tulisan sejarah mengenai Rakeyan Sancang memiliki sejumlah kelemahan mendasar yang perlu dikaji ulang. Salah satunya adalah minimnya sumber primer yang bisa diverifikasi. “Tidak banyak prasasti atau catatan resmi sezaman yang menyebut nama Rakeyan Sancang secara jelas,” katanya.

Selain itu, lanjutnya, dominasi tradisi lisan dan unsur mitos turut membentuk narasi Rakeyan Sancang yang lebih menyerupai legenda ketimbang catatan sejarah. “Kisah tentang kemampuan supranatural, duel dengan Sayidina Ali, hingga keberadaan petilasan keramat, membuat cerita ini sulit dipisahkan dari dunia folklor,” tambahnya.

Baca Juga:   Ceramah Ustadz Adi Supriadi: Kiat Hubungan Suami Istri Bisa Berjalan Baik

Oos juga menyoroti adanya bias penulisan dalam beberapa versi sejarah yang muncul. “Kisah yang berkembang sering kali dipengaruhi oleh sudut pandang, keyakinan, atau bahkan kepentingan penulis dan masyarakat setempat,” ucapnya.

Tak hanya itu, beberapa sumber yang sering dijadikan rujukan seperti Naskah Wangsakerta juga menimbulkan perdebatan panjang di kalangan akademisi. “Validitas naskah ini masih dipersoalkan banyak ahli sejarah,” tegasnya.

Ketiadaan bukti arkeologis kuat yang bisa mengonfirmasi keberadaan Rakeyan Sancang sebagai figur sejarah juga menjadi titik lemah utama. “Selama ini, yang ditemukan baru sebatas situs atau petilasan yang dihormati secara budaya, bukan bukti arkeologis yang ilmiah,” jelas Oos.

Baca Juga:   G3 Mendoakan Rudy -- Helmi Jadi Pemimpin yang Mencintai Umat

Ia menambahkan, kisah Rakeyan Sancang juga sering kali disinkretiskan dengan unsur keagamaan, terutama dalam konteks penyebaran Islam di Jawa Barat. “Peran tokoh ini kadang dilebih-lebihkan untuk memperkuat identitas keagamaan lokal,” ujarnya.

Sebagai penutup, Oos berharap agar kajian sejarah di Garut dapat dilakukan lebih komprehensif dan berbasis data ilmiah. “Semoga ini menjadi masukan agar sejarah kita tidak hanya menarik secara naratif, tapi juga kuat secara akademik,” pungkasnya. ***

Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News, WhatsApp Channel dan Telegram Channel
Konten berbayar berikut adalah iklan platform Recreativ dan MGID. Gosipgarut.id tidak terkait dengan materi konten ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *