GOSIPGARUT.ID — Sejumlah pasar desa di Kabupaten Garut dilaporkan sepi setelah dilakukan revitalisasi bangunan di pasar itu. Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Kabupaten Garut angkat bicara.
Sekretaris APPSI Garut, Yudi Setia Kurniawan, menyebut ada lima faktor yang menyebabkan pasar desa cenderung sepi paskarevitalisasi.
“Secara umum kondisi ekonomi mikro di pasar saat ini diakui sedang lesu. Itu terjadi tidak hanya di pasar desa, sementara di pasar-pasar besar pun, termasuk pasar Induk Ciawitali, kondisinya sedang lemah. Jadi, faktor pertamanya adalah kondisi ekonomi mikro memang sedang lemah,” kata dia, Jum’at (7/2/2020).
Faktor kedua, tambah Yudi, penyebab pasar desa menjadi sepi karena pelaksanaan revitalisasi pasar hanya merupakan proyek dalam menghabiskan anggaran tanpa melihat embrio ekonomi yang ada. Salah satunya pasar Neglasari di Kecamatan Kadungora, revitalisasi tanpa memperhitungkan potensi ekonomi di pasar desa tersebut.
“Sementara faktor ketiga adalah menurunnya daya beli masyarakat saat ini. Lagi-lagi dampaknya tidak hanya dirasakan oleh pasar tradisional melainkan juga pasar modern (mall) ikut sepi pengunjung. Selain itu, juga akibat persaingan perdagang dengan bisnis online. Banyak munculnya unicorn baru, tak pelak membuat pasar desa menjadi sepi pembeli,” ujar Yudi.
Adapun faktor keempat, jelas dia, adalah berubahnya siteplan atau posisi awal berdagang sehingga perlu penyesuaian pembeli. Bukankah tujuan revitaliasasi itu adalah meningkatkan daya saing pasar dengan mengubah frame pasar dari kondisi kumuh, becek, kotor, dan banyak copet, ke kondisi lebih baik.