GOSIPGARUT.ID — Para peternak sapi perah di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, terdampak musim kemarau panjang yang bersamaan dengan fenomena El Nino ini.
Produksi susu sapi perah pun menurun akibat berkurangnya pakan rumput lantaran kemarau panjang tahun ini, dan membuat para petani sapi perah di Pangalengan harus memutar otak.
Wawan Darmawan salah seorang warga Kampung Rancamanyar, Desa Margamukti, Kecamatan Pangalengan, mengaku mulai kesulitan mencari rumput untuk pakan sapi perah miliknya. Karena rumput di sekitar pemukiman warga mulai langka karena mengering, ia terpaksa harus lebih jauh ke dalam hutan untuk mendapatkan rumput segar.
“Karena rumput sebagai makanannya berkurang, ini berimbas pada penurunan produksi susu sapi. Dari biasanya satu ekor sapi itu perhari bisa 10 liter, kalau sekarang hanya 8 liter perhari,” kata dia, Senin 16 Oktober 2023.
Wawan menuturkan, penuruan produksi susu sapi perah miliknya ini tentu membuat pendapatannya pun kena imbas. Padahal, selain rumput, kebutuhan lain untuk sapinya yang harus dibeli adalah pakan tambahan berupa ongok dan konsentrat. Ongok per karungnya Rp35 ribu, sedangkan konsentrat itu ia ambil dulu di koperasi dengan pembayaran dipotong saat penjualan susu sapi.
“Kalau harga susu per liternya beragam, tergantung kualitasnya. Kalau punya saya biasa dihargai Rp6.600 per liter. Saya di kandang punya sapi perah enam, tiga yang sudah bisa diperah sedangkan tiga lagi masih kecil,” ujarnya.
Wawan melanjutkan, selain mencari rumput lebih jauh ke dalam hutan, upaya lain agar sapi-sapinya tetap berproduksi dengan stabil, yakni dengan mencari sisa-sisa panen sayuran kol dan wortel. Dengan begitu, produksi susu sapi bisa kembali stabil per hari 10 liter.