Berita

3.467 Hektare Lahan di Garut Dilanda Kekeringan, Petani Merugi Rp94,8 Miliar

×

3.467 Hektare Lahan di Garut Dilanda Kekeringan, Petani Merugi Rp94,8 Miliar

Sebarkan artikel ini
ILUSTRASI -- Lahan yang dilanda kekeringan.

GOSIPGARUT.ID — Hingga 15 November 2019, luas areal sawah di Kabupaten Garut terkena kekeringan pada musim kemarau 2019 mencapai 3.467 hektare. Tersebar di 280 desa/kelurahan di 41 kecamatan.

Seluas 2.199 hektare di antaranya gagal panen atau puso, 508 hektare mengalami kekeringan berat, 365 hektare kekeringan sedang, dan 395 hektare lainnya kekeringan ringan. Terdapat juga 234 hektare lahan sawah terancam kekeringan.

Lahan sawah mengalami kekeringan terparah terdapat di wilayah Kecamatan Malangbong seluas 359 hektare, disusul Kecamatan Cibatu seluas 341 hektare, dan Kecamatan Singajaya seluas 319 hektare.

Baca Juga:   Keseruan Easter Eggsplorer di Hublife Taman Anggrek Residences

“Kalau dalam dua pekan ke depan tak ada hujan, kondisi lahan sawah terancam tentu akan masuk jadi kekeringan ringan, yang kekeringan ringan naik menjadi sedang, dan seterusnya,” kata Sekretaris Dinas Pertanian Garut Haeruman didampingi Kepala Seksi Serelia Endang Junaedi.

Tetapi, lanjut Endang, melihat kondisi sekarang, hujan sudah mulai agak sering turun, meskipun intensitasnya tak sama. Diharapkan kondisi lahan sawah ini akan terselamatkan.

Menurut dia, kekeringan melanda seluas 3.467 hektare lahan sawah itu mengakibatkan petani kehilangan produksi padi mencapai sebanyak 17.242.248 kilogram. Jika dikonversikan ke rupiah maka petani di Garut menderita kerugian ekonomi akibat kekeringan tersebut mencapai senilai Rp94.832.364.275.

Baca Juga:   PMI Sebut Wilayah Selatan Jabar Paling Parah Dilanda Bencana Kekeringan

“Ini diasumsikan harga gabah kering giling (GKG) Rp5.500 per kilogram,” ujar Endang.

Memasuki musim hujan, kata dia, pihaknya telah menyampaikan himbauan ke jajaran Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Dinas Pertanian agar melakukan perbaikan saluran/gorong-gorong agar tidak mampat hingga menimbulkan banjir ketika hujan turun.

Juga, tambahnya, meminta para petani mewaspadai dan mendeteksi dini kemungkinan adanya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) yang biasa berkembang di musim hujan, seperti hama wereng, dan tikus.

Baca Juga:   Saat Pandemi, Radio Komunitas Rasi Tetap Eksis Sebarkan Informasi kepada Warga Cisewu

“Kita juga sudah melakukan sosialisasi agar dilakukan gerakan pengendalian OPT ke 21 kecamatan di bagian utara, dan tengah Kabupaten Garut pada Oktober lalu. Sedangkan untuk 21 kecamatan lainnya di bagian selatan, kita lakukan selama November ini,” ujar Endang. (IK/Zainulmukhtar)


Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News, WhatsApp Channel dan Telegram Channel
Konten berbayar berikut adalah iklan platform Recreativ dan MGID. Gosipgarut.id tidak terkait dengan materi konten ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *