GOSIPGARUT.ID — Berbicara kehidupan sosial dengan topik perdesaan, rasanya masih banyak yang perlu diungkapkan oleh pemerhati sosial, Sapei ST. Menyoal sistem kapitalisme yang sudah masuk ke desa, ia mengkritisi peran pemerintah yang dinilai cukup besar akan terciptanya hal tersebut.
Calon anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPDRI) daerah pemilihan Jawa Barat ini mengatakan, pemerintah telah membuka lebar-lebar masuknya para pemilik modal besar sampai tengkulak, baik melalui kebijakan resmi maupun melalui kongkalingkong (patronase).
Akibatnya, terjadilah involusi pertanian. Para elite desa maupun para tengkulak semakin kaya, sementara para tunawisma semakin banyak. “Yang kaya tambah kaya, yang miskin tambah miskin,” kata Sapei, Rabu (30/1/2019).
Menurut dia, masyarakat lokal secara politik ditindas dan secara ekonomi dieksploitasi. Untuk menghibur masyarakat, pemerintah mambagi-bagi bantuan seperti sinterklas. Pemerintah menyalurkan bantuan desa dan proyek- proyek sektoral yang sangat banyak.
“Kebijakan ini bisa merubah fisik desa, sehingga desa tidak lagi becek, tersisolir, gelap gulita, terbelakang, dan seterusnya,” ujar Sapei.
Dari sisi pelayanan publik, tambah dia, rakyat desa bisa dengan mudah mengakses sarana pendidikan (SD Inpres) dan kesehatan (Puskesmas dan Posyandu). Namun, seiring dengan itu, pandangan hidup dan tradisi gotong royong pun semakin terkikis.
“Ketimpangan kekayaan semakin menganga di desa. Ketergantungan pada bantuan dari luar pun semakin menguat, juga gaya hidup konsumtif semakin meluas,” kata Sapei.