GOSIPGARUT.ID — Berangkat dari rasa prihatin atas susahnya petani mendapatkan pupuk bersubsidi dan kekhawatiran terhadap lingkungan jika terus menggunakan pupuk kimia, mendorong Sopian (57), melakukan inovasi di bidang pertanian dengan membuat pupuk organik dan pestisida nabati.
Hasil inovasinya itu pun kemudian berhasil sehingga warga Kampung Garawangsa, Desa Sindangprabu, Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut, ini meraih prestasi tingkat nasional.
Saat disambangi di rumahnya, Sabtu (27/5/2023), Sopyan menyebutkan, bahan untuk menciptakan pupuk organik dan pestisida nabati yang ramah lingkungan itu memanfaatkan limbah rumah tangga dan limbah pertanian, tumbuhan dan rempah-rempah yang ada di sekitarnya.
Tidak berhenti di bidang pupuk organik dan pestisida nabati, ia juga membuka Klinik Tanaman Tunas Tani, tempat para petani berkonsultasi tentang pupuk dan hama tanaman.
Berkat ketekunan dan kerja kerasnya, pemilik Klinik Tunas Tani itu sukses meraih prestasi kedua di tingkat nasional. Tidak ayal, dirinya kerap diundang sebagai narasumber di beberapa kabupaten/kota di Jawa Barat hingga luar Pulau Jawa sebagai Penyuluh Pertanian Swadaya.
Sopian yang juga Ketua Gapoktan Tunas Tani mengungkapkan jika menjadi petani itu profesi yang barokah. Artinya, bisa memberikan manfaat tidak hanya untuk sesama tapi juga untuk lingkungan.
“Generasi muda jangan malu dan takut menjadi petani karena profesi petani itu barokah, bisa memberikan manfaat. Kalau masalah harga jual hasil pertanian yang sering anjlok itu bisa disiasati dengan meningkatkan kwalitas pertanian yang dihasilkan,” ungkapnya.
Menurut Sopyan, persoalan mendasar petani adalah susahnya mendapatkan pupuk bersubsidi, hal itu bisa disiasati dengan menggunakan pupuk organik dan harga jual bisa disiasati dengan kwalitas hasil pertanian yang bagus.
Ia menambahkan, yang diperlukan saat ini adalah bagaimana petani memiliki skill dan kemampuan mengolah lahan, membuat pupuk, dan merawat tanaman. Tidak heran jika Sopyan kerap didatangi petani yang memiliki masalah dengan tanamannya.
“Sering petani itu datang membawa penyakit tanaman dan kita cek menggunakan mikroskop. Setelah itu bisa diketahui penyebabnya apa dan kita bisa mencari solusinya dengan memberikan pestisida,” ungkapnya.
“Alhamdulillah berkat inovasi yang saya lakukan, selain sering diundang untuk menjadi narasumber di berbagai kota dan kabupaten di Jawa Barat dan luar Pulau Jawa, klinik tanaman ini sering dijadikan tempat studi banding atau penelitian bagi kelompok tani dan mahasiswa,” sambung Sopyan.
Ia yang saat ini masuk lima besar kategori Penyuluh Pertanian Swadaya, berharap apa yang dilakukannya bisa membawa manfaat dan meningkatkan kemampuan para petani agar bisa menghasilkan hasil pertanian yang memiliki kwalitas tinggi tanpa harus tergantung kepada penggunaan pupuk kimia. (Ai Karnengsih)