GOSIPGARUT.ID — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut meluncurkan program perbaikan rumah tidak layak huni (rutilahu) bagi keluarga yang tidak mampu di 42 kecamatan. Setiap kecamatan mendapat jatah perbaikan rutilahu sebanyak lima unit.
Untuk Kecamatan Peundeuy, menurut Camat Dani Ramdani, perbaikan lima unit rutilahu di daerahnya tersebar di lima desa yakni di Desa Sukanagara, Saribakti, Peundeuy, Pangrumasan, dan Toblong.
Ia mengungkapkan, program ini bertujuan guna menumbuhkan rasa empati dari masyarakat dalam hal bergotong-royong untuk bahu-membahu membangun rumah masyarakat yang tidak layak huni.
“Kami sudah menginstruksikan kepada para kepala desa untuk dapat mengimbau masyarakatnya, juga dapat memberikan empati masyarakat yang memang sudah mempunyai rumah yang layak huni untuk memberikan sebagian sedekah mereka terhadap rumah-rumah yang tidak layak huni,” tutur Dani, Senin (19/12/2022).
Salah seorang keluarga penerima manfaat (KPM) bantuan perbaikan rutilahu dari Desa Toblong, Tita Rosita (30), mengatakan jika kondisi rumah yang ditinggaliinya sejak ia dilahirkan itu sudah mengalami banyak kerusakan, seperti atap bocor, papan bagian bawahnya bolong, bilik atau dinding dari anyaman bambu yang sudah hancur, hingga genteng yang sudah pecah dan berlumut.
“Kamar mandi ada, cuman enggak ada kloset hanya buat mandi saja. Kalau mau BAB (buang air besar) ya numpang ke rumah orang atau ke kolam,” kata dia.
Tita yang sehari-hari menjalani hidupnya sebagai ibu rumah tangga ini hanya memiliki penghasilan hasil kiriman uang dari suaminya yang bekerja di Bandung, di mana setiap satu minggu sekali ia dikirimi uang senilai Rp150-200 ribu.
Rumah peninggalan orang tuanya ini, kini dihuni oleh lima orang yang terdiri dari Tita, suami, dan kedua anaknya serta seorang kakaknya. Karena sudah tidak memiliki orang tua, selama pembangunan rumahnya ia akan tinggal sementara di tetangganya.
Kepala Diskominfo Garut, Muksin, yang melakukan monitoring dan pendampingan perbaikan lima unit rutilahu di Kecamatan Peundeuy, Kabupaten Garut, Senin (19/12/2022), menyampaikan jika program yang diinisiasi oleh Bupati Garut itu dilaksanakan terutama untuk mengetuk hati semua pihak khususnya Aparatur Sipil Negara (ASN) dan seluruh stakeholder, agar bisa berempati kepada masyarakat yang kurang beruntung dan memiliki hunian yang kurang layak.
Terlebih, saat ini Kabupaten Garut sedang dihadapkan dengan ancaman bencana hidrometeorologi, dan tentunya ini sangat riskan bagi warga yang memiliki rutilahu.
“Jadi targetnya dua. Yang pertama mungkin kita mewujudkan agar masyarakat yang kurang beruntung mendapat hunian yang layak. Yang kedua, adalah untuk meningkatkan kesadaran dan rasa empati dari seluruh kalangan terhadap warga ataupun tetangga kita yang kurang beruntung,” ujar Muksin.
Berdasarkan hasil peninjauannya, ia menilai rumah-rumah warga yang menerima bantuan perbaikan rutilahu kondisinya sangat memprihatinkan, apalagi dihadapkan dengan musim hujan sehingga menimbulkan kebocoran di beberapa titik.
“Ada kekhawatiran ya karena sewaktu-waktu bisa saja karena kondisinya mungkin rumah itu bisa terjadi ambruk dan sebagainya. Kami sangat miris sekali ya, insya Allah mungkin bersama Pak Camat, kemudian para kepala desa di Kecamatan Peundeuy ini bahu-membahu untuk merealisasikan agar rumah-rumah yang diidentifikasi paling rawan bisa diperbaiki dan memiliki kelayakan untuk dihuni seperti itu,” kata Muksin. (Yan AS)