Oleh: Asep Lukman (Asluk) — Aktivis Jawa Barat dan Pemerhati Politik
MANUSIA sebagai makhluk berakal tidaklah pantas jika harus pesimis dalam menjalani hidup. Seberat apapun kehidupan yang kita lakoni tetap harus optimis dalam melakukan perubahan.
Pilpres adalah mekanisme yang konstitusional bagi masyarakat untuk melakukan perubahan nasib. Namun demikian, siapapun nanti yang terpilih menjadi presiden 2024-2029 sudah pasti dirinya akan dihadapkan pada persoalan yang sangat tidak ringan, yaitu ancaman resesi ekonomi global yang kini indikasinya sudah jelas terasa oleh seluruh masyarakat dunia.
Ancaman resesi ekonomi global yang nampak di depan mata itu, tentu bukanlah suatu masalah yang datang dari planet lain, melainkan konsekuensi dari suatu konsep monopoli dalam penguasaan kebijakan fiskal dan moneter yang dilakukan oleh negara-negara kuat terhadap negara-negara lemah.
Dengan kata lain bahwa resesi ekonomi itu merupakan buah dari praktek-praktek monopoli yang dilakukan si kuat terhadap si lemah. Dan hal itu terjadi intinya akibat tercabutnya “Hukum Keseimbangan Ekonomi”, atau tidak adanya rasa keadilan ekonomi sehingga memunculkan masalah kesenjangan yang sangat parah.
Sumber daya alam (SDA) yang tersimpan di langit dan di bumi hanya dikuasai segelintir orang saja. Sehingga dari jumlah populasi manusia dunia sekarang ini umumnya hanyalah masyarakat papa dan sengsara sebagai korban ekploitasi.
Atas alasan tersebut, maka resesi ekonomi global yang pasti akan kita hadapi sekarang mustahil bisa diatasi oleh tingkat kecerdasan seorang presiden setinggi apapun.