Berita

Suara Kegelisahan Aktivis 02 pada Kepemimpinan Penuh Kemunafikan: Mereka Selalu Bermain Sebagai Korban

×

Suara Kegelisahan Aktivis 02 pada Kepemimpinan Penuh Kemunafikan: Mereka Selalu Bermain Sebagai Korban

Sebarkan artikel ini
Aktivis 02 Lukmanul Hakim (kanan) besama Fahad Fauzi, anggota Fraksi Golkar DPRD Garut. (Foto: Istimewa)

GOSIPGARUT.ID — Politik seharusnya menjadi panggung perjuangan, tempat gagasan dan janji dijadikan kenyataan. Namun, apa yang terlihat justru kebalikannya. Ada mereka yang selalu bermain sebagai korban, seolah-olah hanya mereka yang benar, sementara dosa-dosa dan kegagalan yang mereka lakukan diabaikan begitu saja.

Lukmanul Hakim, seorang aktivis 02 dan pendukung paslon nomor 02 di Pilkada Garut, dengan lantang menyuarakan kegelisahannya terhadap apa yang disebutnya sebagai kepemimpinan yang penuh dengan kemunafikan.

“Mereka selalu bermain sebagai korban, seolah-olah semua kesalahan bukan tanggung jawab mereka. Tapi kita semua tahu, mereka yang lupa menepati janji politik yang telah diucapkan. Janji memberikan insentif dan gaji layak kepada para guru honorer, yang sampai hari ini tak pernah ditepati,” ujarnya dengan nada emosional.

Baca Juga:   Tim SAR Mencari Seorang Pendaki yang Dilaporkan Hilang di Gunung Guntur

“Ini bukan lagi tentang sekadar janji. Ini soal nasib ribuan guru yang masih berjuang di tengah ketidakpastian, yang telah digantungkan harapannya tapi diabaikan begitu saja,” tambah Lukmanul Hakim.

Bukan hanya janji yang diingkari, Lukmanul Hakim juga menyinggung tentang kebijakan diskriminatif yang mengakibatkan kemiskinan ekstrem.

“Di satu sisi mereka begitu royal dengan anggaran untuk proyek-proyek ambisius yang ujungnya mangkrak, seperti proyek ‘Amazong’ yang seolah menjadi monumen kegagalan mereka. Di sisi lain, kaum duafa terus terpinggirkan, seakan-akan mereka tidak ada dalam peta perhatian pemimpin yang seharusnya melayani,” ujarnya.

“Kemiskinan yang kita lihat hari ini adalah hasil dari kebijakan yang hanya mementingkan segelintir orang. Anggaran dihambur-hamburkan untuk proyek yang tidak jelas, sementara rakyat kecil yang sebenarnya membutuhkan malah diabaikan. Ini bukan sekadar kelalaian, ini adalah bentuk ketidakadilan,” tegas Lukmanul Hakim dengan penuh emosi.

Baca Juga:   Klaster Covid-19 di Rutan Garut Diduga Kuat Berawal dari Tahanan Wanita

Tidak berhenti di situ, Lukmanul Hakim juga mengkritisi kebijakan pembangunan yang seringkali mengorbankan lingkungan demi keuntungan pribadi.

“Mereka yang merusak lingkungan secara membabi-buta untuk memperkaya diri sendiri, seakan-akan tidak peduli dengan bencana alam yang kemudian menghantam kehidupan banyak orang. Seolah-olah nyawa, harta, dan keselamatan masyarakat bukanlah tanggung jawab mereka,” ucapnya.

Dalam setiap kampanye, mereka berusaha membangun citra, menutupi kesalahan dengan senyum dan pencitraan palsu. Namun, fakta-fakta tidak bisa disembunyikan selamanya.

Baca Juga:   Sukses Seleggarakan Pelbagai Event HUT RI, Korwil Pendidikan Cisewu Berterimakasih pada Donatur

“Tuhan, ampuni mereka yang tersesat. Datangkanlah hidayahMu, agar mereka sadar dan berhenti merusak negeri ini. Amin,” tutup Lukmanul Hakim dengan harapan.

Ia tidak hanya berbicara untuk dirinya sendiri, tetapi juga menyuarakan kekecewaan banyak orang yang telah lelah melihat janji-janji kosong tanpa tindakan nyata. Baginya, politik bukan sekadar alat untuk meraih kekuasaan, tetapi seharusnya menjadi jalan untuk memajukan masyarakat dengan keadilan, transparansi, dan kejujuran.

“Mereka yang sibuk membangun citra diri, pada akhirnya akan tersandung oleh realitas yang tak bisa dipoles,” katanya mengakhiri pernyataannya. ***


Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News, WhatsApp Channel dan Telegram Channel
Konten berbayar berikut adalah iklan platform Recreativ, Mixadvert, dan MGID. Gosipgarut.id tidak terkait dengan materi konten ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *