Budaya

Maenpo Diyakini Berasal dari Tiga Daerah Tatar Sunda bagian Selatan, Setelah Garut Mana Lagi?

×

Maenpo Diyakini Berasal dari Tiga Daerah Tatar Sunda bagian Selatan, Setelah Garut Mana Lagi?

Sebarkan artikel ini
Salah satu atraksi maenpo. (Foto: Istimewa)

GOSIPGARUT.ID — Pemerhati kesejarahan dan budaya, Oos Supyadin meyakini bahwa asal usul maenpo berasal dari tiga daerah Tatar Sunda bagian selatan, yaitu Garut, Tasikmalaya, dan Cianjur.

Kata Maenpo sendiri merupakan bahasa kirata Sunda yang bermakna maen poho, yang berasal dari kata maen (gerakan) dan poho (lupa). Kata ini dapat diartikan sebagai menipu gerakan, karena itu kemudian dipersingkat menjadi maenpo.

Cerita Maenpo ini diperkuat dari sejarah pencipta aliran Cimande yakni Abah Kahir (ada yang mengatakan Abah Sakir, Abah Khaer dan lainnya), karena pencak silat aliran Cimande sering disebut juga dengan nama Maenpo Cimande.

Abah Kahir belajar beladiri justru dari istrinya yang ahli dalam beladiri. Istrinya diceritakan selain mempunyai keahlian dalam beladiri juga menyaksikan pertarungan antara harimau (macan dalam bahasa Sunda) dan dua ekor monyet.

Baca Juga:   Tim Satgas di Garut Sita Ratusan Knalpot Bising dari 362 Pelanggar

Salah seekor monyet membawa ranting dalam melawan harimau tersebut. Sedangkan yang satunya bertangan kosong. Dari peristiwa ini sang istri kemudian menciptakan jurus pamacan, pamonyet, dan pepedangan yang merupakan salah satu jurus andalan dari aliran ini.

Karena kehebatannya dalam beladiri, Abah Kahir kemudian dijadikan pamuk (guru beladiri) di lingkungan kabupatian oleh Bupati Cianjur yang bernama Rd. Aria Wiratanudatar VI (1776-1813) atau di kemudian hari dikenal dengan nama Dalem Enoh.

Bupati Aria Wiratanudatar VI memiliki 4 orang anak, yaitu: Rd. Aria Wiranagara (Aria Cikalong), Rd. Aria Natanagara (Rd. Haji Muhammad Tobri), Nyi Rd. Meumeut dan Rd Aom Abas (ketika dewasa menjadi bupati di Limbangan-Garut dengan gelar Aria Wiratanudatar VII).

Satu nama Bupati Cianjur yang patut dicatat di sini adalah Aria Wiranagara (Aria Cikalong), karena dialah yang merupakan salah satu murid terbaik Abah Khaer dan nantinya memiliki cucu yang menciptakan aliran baru yang hebat, setelah Bupati Aria Wiratanudatar VI tahun 1813 meninggal dunia.

Baca Juga:   Tunaikan Zakat Harta, Ketua PWI Jabar Santuni Anak Yatim Piatu di Garut

Pada tahun 1815 M Abah Kahir pergi ke Bogor mengikuti anak Bupati Cianjur tersebut, Rd. Aria Natanagara yang menjadi bupati di Bogor. Mulai saat itulah dia tinggal di Kampung Tarikkolot – Cimande hingga meninggal pada tahun 1825 M (dalam usia yang tidak tercatat).

Abah Khaer sendiri memiliki lima orang anak, yakni Endut, Ocod, Otang, Komar dan Oyot. Mereka inilah dan murid-muridnya sewaktu dia bekerja di kabupaten yang menyebarkan maenpo Cimande ke seluruh Tatar Sunda.

Sementara di Bogor, salah seorang muridnya yang bernama Ace yang meninggal di Tarikolot Cimande, yang hingga kini keturunannya menjadi sesepuh pencaksilat Cimande Tarikolot Kebon Jeruk Hilir.

Baca Juga:   Fakultas Kewirausahaan Uniga Dirikan Laboratorium Bisnis “Roti Kembung Haneut”

Abah Kahir pernah datang ke Sumedang di era Pangeran Kornel. Oleh penulis buku Pangeran Kornel, Rd Memed Sastradiprawira, Abah Kahir digambarkan sebagai selalu berpakain kampret dan celana pangsi warna hitam.

Dia juga selalu memakai ikat kepala warna merah, digambarkan bahwa ketika dia ngibing di atas panggung penampilannya sangat ekspresif, dengan badan yang tidak besar tetapi otot-otot yang berisi dan terlatih baik, ketika ngibing (menari) seperti tidak mengenal lelah.

Terlihat bahwa dia sangat menikmati tariannya tetapi tidak kehilangan kewaspadaannya, langkahnya ringan bagaikan tidak menapak panggung, gerakannya selaras dengan kendang (nincak kana kendang suatu istilah Sunda). ***


Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News, WhatsApp Channel dan Telegram Channel
Konten berbayar berikut adalah iklan platform Recreativ dan MGID. Gosipgarut.id tidak terkait dengan materi konten ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *