GOSIPGARUT.ID — Asosiasi Petani Kopi Indonesia (Apeki) Kabupaten Garut menilai perkembangan industri kopi di Kabupaten Garut melesat sejak dua tahun terkahir. Permintaan kopi dari berbagai wilayah terus meningkat. Sementara di Garut sendiri, kafe dan kedai kopi terus bermunculan.
Ketua DPC Apeki Kabupaten Garut, Sofyan Hamidian mengatakan, potensi kopi di Kabupaten Garut masih sangat tinggi. Dari sekitar 6.000 hektare lahan kopi, saat ini baru 2.100 hektare lahan yang aktif produksi. Dalam satu tahun, sekitar 750 ton kopi dihasilkan dari 2.100 hektare lahan itu.
“Ada yang dijual langsung ekspor, ada juga yang untuk memenuhi pasar nasional dan regional,” kata dia, dalam Festival Kopi Garut yang digelar di halaman Pendopo Kabupaten Garut, Sabtu (7/12/2019).
Ia menyebutkan, ekspor kopi dari Garut dilakukan sejak dua tahun terakhir. Negara yang menjadi tujuan ekspor di antaranya Taiwan, China, dan Korea.
Kendati demikian, belum semua petani mampu melakukan ekspor. Pasalnya, ekspor hanya dilakukan untuk kopi dalam bentuk biji atau green bean. Sementara, umumnya para petani hanya dapat mengolah kopi sampai menjadi ceri.
Sofyan mengatakan, baru sekitar 20 persen dari 146 kelompok petani kopi di Garut yang dapat mengolah kopi hingga menjadi green bean. Sementara sisanya, hanya menjual ceri kopi.
Padahal, lanjut dia, harga jual kopi dalam bentuk ceri dan green bean sangat jauh berbeda. Ia mencontohkan, 1 kilogram ceri hanya dihargai antara Rp 7.000-8.000. Sementara harga green bean berkisar antara Rp 75-80 ribu per kilogram.