GOSIPGARUT.ID — Agenda debat Pilkada Garut 2024 yang diselenggarakan oleh KPU, pada Rabu 20 November kemarin nampak memanas. Calon Bupati Helmi Budiman begitu bersemangat menguasai panggung. Sementara Wakilnya, Yudi Nugraha Lasminingrat, lebih banyak diam.
Helmi paling banyak menyampaikan program keberhasilan yang telah dilakukan selama 10 tahun bersama Bupati Rudy Gunawan. Keberhasilan itu melingkupi pelayanan publik, kesehatan, pendidikan, infrastruktur jalan dan reformasi birokrasi.
Namun pernyataan Helmi itu bisa menjadi bumerang. Alasannya karena dalam satu rezim pemerintahan tidak akan semuanya berjalan mulus.
“Cuma yang tidak boleh lupa itu, nu katara jeung karasa ku rayat (yang terlihat dan terasa oleh rakyat). Kenapa penyampaiannya begini kenapa itu begitu, sehingga ini menjadi taruhan. Apa yang disampaikan dengan kondisi empirik di lapangan,” ujar Pakar Kebijakan Publik Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, Asep Sumaryana.
Akibatnya, lanjut Asep, pasangan Helmi-Yudi, kerap mengalami kelimpungan saat menjawab pertanyaan dari penantangnya. Pasangan nomor urut 2 Syakur-Putri, bahkan menyebutkan bahwa keberhasilan Garut hanya di atas kertas karena tidak sesuai dengan apa yang dibanggakan.
Salah satunya dalam hal pelayanan publik yang berbelit seperti pembuatan KTP, BPJS kesehatan, dan jalan rusak.
Karena itu, Dosen asal Garut ini menilai debat kedua tersebut akan memberikan dampak positif terhadap pasangan Syakur-Putri. Pemilih rasional akan semakin memantapkan pilihan. Tak hanya itu pemilih mengambang pun akan akan mulai menentukan pasangan mana yang akan dicoblos pada 27 November mendatang.
Hasil debat ini juga diperkirakan akan mengerek elektabilitas pasangan nomor urut 2 dikisaran angka 2 persen lebih.
“Simpatisan 01 yang harapannya belum terpenuhi untuk Garut lebih baik akan mulai bergeser ke Paslon 02. Tapi kalau pemilih emosional tidak akan berubah. Sejelek apa pun jagoannya itu tetap akan didukung karena yang dikedepankan emosional, beda dengan yang rasional,” ujar Asep. ***