GOSIPGARUT.ID — Ketua Harian Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jawa Barat, Entang Sastraatmadja, dalam tulisannya menyatakan bukan hal yang aneh jika kini banyak para orang tua yang berprofesi sebagai petani padi melarang anak-anak mereka untuk bekerja sebagai petani padi.
“Mereka lebih mendorong anak-anaknya untuk menempuh jenjang pendidikan lebih tinggi, agar peluang jadi Pegawai Negeri dan pegawai swasta lebih terbuka,” ujar dia dalam artikel berjudul “Kok Bisa, Petani Melarang Anak-anaknya Jadi Petani”, dikutip GOSIPGARUT.ID Rabu (11/9/2024).
Entang menambahkan, banyak orangtua tidak rela anak-anaknya hidup dalam suasana miskin dan susah untuk berubah nasib. Mereka yang kini berprofesi sebagai petani padi, merasakan benar bagaimana sulitnya menjalani kehidupan, karena menjadi petani padi dalam suasana kekinian sama saja dengan menjerumuskan diri dalam kehidupan yang penuh dengan penderitaan.
“Lebih memilukan lagi, ternyata ada di antara mereka yang dengan ikhlas menjual sebagian sawah ladangnya guna membiayai anak-anaknya sekolah ke jenjang lebih tinggi. Mereka tahu persis, hanya lewat pendidikan yang lebih tinggilah, nasib dan kehidupan anak-anak mereka bakal cepat berubah. Ini merupakan kesadaran diri yang patut diberi acungan jempol,” ucapnya.
Menurut Entang, menarik untuk dibahas lebih dalam adalah bagaimana nasib pertanian padi negeri ini, jika para orangtua yang kini berprofesi petani padi melarang anak-anak mereka untuk melanjutkan pekerjaan orang tuanya? Apakah mereka yang profesinya bukan petani akan merelakan anak-anaknya untuk jadi petani padi dan terjun langsung ke sawah menanam padi?