GOSIPGARUT.ID — Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan (Diskannak) Kabupaten Garut, Beni Yoga Gunasantika, mengungkapkan bahwa populasi sapi perah di kabupaten pernah mengalami penurunan cukup drastis karena dilanda pandemi penyakit mulut dan kuku (PMK) serta lumpy skin disease (LSD).
“Penurunannya hingga 30 persen,” jelas dia saat mendampingi kunjungan tim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia (Kemenko Marves RI) ke lokasi pengembangan kawasan pertanian terpadu di Desa Pananjung, Kecamatan Pamulihan, dan Koperasi Peternak Garut Selatan (KPGS) di Desa Cikandang, Kecamatan Cikajang, Jumat (7/6/2024).
Beni menambahkan, sebelum pandemi PMK dan LSD, populasi sapi perah di Kabupaten Garut mencapai 15 hingga 16 ribu ekor. Namun, akibat pandemi tersebut, populasi sapi perah mengalami penurunan drastis hingga 30%, menyisakan kurang dari 11 ribu ekor.
“Dampaknya signifikan terhadap perekonomian, terutama bagi para peternak sapi perah,” ucap dia.
Beni juga menyoroti penurunan produktivitas susu. Sebelum pandemi, rata-rata produksi susu per ekor mencapai 18-20 liter per hari. Namun kini hanya sekitar 8-10 liter per hari.
“Dengan kondisi seperti itu, peternak tidak bisa mendapatkan nilai manfaat yang besar,” tandasnya.
Menurut Beni, Diskannak Garut telah berkoordinasi dengan koperasi untuk mengatasi berbagai permasalahan di lapangan, termasuk penyediaan hijauan makanan ternak, kondisi kandang, sanitasi, dan infrastruktur. Diskusi dengan Kemenko Marves juga dilakukan untuk menentukan langkah pemulihan peternakan susu di Kabupaten Garut.