Budaya

Wayang Cepot Produksi Babakan Garut Laris Manis Hingga ke Belanda

×

Wayang Cepot Produksi Babakan Garut Laris Manis Hingga ke Belanda

Sebarkan artikel ini
Dede yang akrab disapa Dede Wayang tengah memproduksi wayang mainan cepot dan yang lainnya di rumahnya di Kampung Babakan Garut, Desa Mekarsari, Kabupaten Bandung Barat. (Foto: Istimewa)

GOSIPGARUT.ID — Sudah sekitar 40 tahun Dede menjadi perajin yang memproduksi berbagai jenis wayang. Kecintaannya kepada wayang sudah tertanam sejak ia masih kelas tiga sekolah dasar. Wayang buatan Dede dikirim ke berbagai daerah di Indonesia hingga Belanda.

Dede merupakan generasi kedua keluarganya yang menjadi perajin wayang. Sampai namanya pun dikenal dengan sebutan Dede Wayang. Ia menjadikan rumahnya di Kampung Babakan Garut, Desa Mekar sari, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, sebagai tempat produksi.

“Di Padalarang tidak ada lagi yang buat wayang mainan kayak ini, kecuali bapak,” ujar dia, saat ditemui beberapa waktu lalu.

Baca Juga:   Study Islam Conprehensif, Pesantren Ramadhan Ala SMKN 1 Garut

Ada beberapa wayang mainan yang dibuat Dede, utamanya wayang karakter si Cepot dan Dewi Shinta. Wayang ini dibuat dari bahan kayu albasia. Karena relatif langka di Padalarang, ia mesti mencari bahan baku sampai ke berbagai tempat. Kayu ini kemudian diolah secara manual menggunakan pisau ukir, hingga menjadi wayang.

Wayang karakter Cepot disebut paling diminati. Karakter anak Semar ini memang populer dan menjadi salah satu ikon wayang golek. Terlebih, wayang Cepot buatan Dede ini sudah ditambahi kreasi, yaitu mempunyai mulut yang bisa membuka atau mangap. Wayang Cepot ini dijual dengan harga satuan berkisar Rp30 ribu. 

Baca Juga:   Untuk Pelestarian Kesenian, Pemkab Garut Akan Berikan Anggaran Rp1 Miliar kepada DKG

“Yang lakunya Cepot. Perbandingannya, misal Cepot terjual 50 buah, sedangkan wayang lainnya cuma satu,” kata dia. Selain membuat wayang sendiri, Dede juga sering menerima kiriman dari perajin lain untuk melakukan penyempurnaan.

Menurut dia, kiriman ini datang dari perajin yang mayoritasnya merupakan kerabat atau warga sekitar yang pernah dibimbingnya dulu dalam membuat wayang. “Biasa menerima wayang Cepot yang masih buligir (belum diberi pakaian) atau mentahnya. Sekitar 100 atau 200 buah dari perajin lainnya. Terus sama ba pak dikasih pakaiannya,” ujar Dede.

Konten berbayar berikut adalah iklan platform Mixadvert dan MGID. Gosipgarut.id tidak terkait dengan materi konten ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *