Budaya

“Dukun-dukunan” Teater Pedal, Keikhlasan dan Kebersahajaan Anak Pesantren

×

“Dukun-dukunan” Teater Pedal, Keikhlasan dan Kebersahajaan Anak Pesantren

Sebarkan artikel ini
Pagelaran drama "Dukun-dukunan" Teater Pedal. (Foto: Istimewa)

PAGI itu, Selasa 11 juli 2023, di sebuah rumah baca Alquran di pinggir Kali Ciliwung kawasan Kober Margonda Depok Jawa Barat, Mak Ayu Snow White — panggilan akrab dari Nyonya Rahma Dona Wahyu Ningrum (33), istrinya Pak Kiyai Pendiri Pondok Pesantren Alquran Dar el Furqan, begitu khusu memberi arahan kepada anak santrinya, tentang “keikhlasan” dan “penguatan niat” dalam berdakwah.

Selesai berdo’a ketujuh santri itu pun berangkat dengan menggunakan sepeda motor menuju sebuah gedung pertunjukan yang legendaris di kawasan Kemayoran Jakarta Pusat, gedung kesenian Mis Tjitjih. Mau ngapain santri kok ke gedung kesenian?

Ternyata, mereka hendak menampilkan sebuah pertunjukan teater dalam sebuah kurasi Festival Teater Jakarta yang diselenggarakan setiap tahun oleh Asosiasi Teater Jakarta Pusat (Atap).

Panggung gelap dan tanpa properti apapun, enam orang santri dan Mak Ayu Snow White masuk berlenggak lenggok dalam temaram dan kemudian duduk sejenak membelakangi penonton, dan “Ikan pais, kelaponyo mudo, dibungkus daun talas rapi-rapi, dikebek tali mesiang.”

Baca Juga:   Dr. Ir. H. Abdusy Syakur Amin, M.Eng Dilantik Kembali Sebagai Rektor Uniga Periode 2019-2023

Penonton pun terkesiap sejenak, tapi kemudian ada yang perlahan bergumam ikut berdendang dan bahkan ikut bergoyang di kursinya. Sungguh ini opening yang menawarkan keterlibatan penonton masuk ke dalam pentas mereka, apalagi disusul dengan tampilan dialog suami istri yang nyerocos, berperang lidah hingga perang perabot rumahtangga memukau penonton untuk turut serta menertawakan fenomena fakta objektif kemiskinan dan mental miskin sebagian masyarakat.

Sekalipun dialog yang disajikan menggunakan bahasa dan dialek asli bahasa Bengkulu, bahkan tetiba muncul sosok yang berbahasa Sunda, dialog kedua tokoh yang saling tak mengerti bahasa itu justru menyeret penonton untuk semakin dalam memahami substansi dialog para pemeran dalam gelak tawa yang renyah, mengalir dengan riang gembira tanpa beban. Sekalipun di akhir cerita dengan akting dan gestur yang nyaris sempurna sang dokter dan sang putri mengakhiri dengan menggantung cerita entah ke mana, dan inilah ending yang sangat hebat.

Baca Juga:   117 SMA/SMK di Garut Akan Mulai Sekolah Tatap Muka pada 18 Agustus 2020
Pagelaran drama “Dukun-dukunan” Teater Pedal. (Foto: Istimewa)

Sungguh, menyaksikan pementasan “Dukun-dukunan” yang dipentaskan oleh teater Pedal ini sebuah pengalaman baru. Penonton tak terbebani oleh pernak-pernik properti, musik dan hal lain yang terkadang membuat multi tafsir pada latar belakang cerita. Penonton hanya dihipnotis oleh kepiawaian akting yang ikhlas dari para pemeran dan sajian pencahayaan yang nyaris sempurna.

“Kepiawaian akting yang Ikhlas” ya, terpaksa kalimat itu harus ditekankan, karena sajian pementasan ini benar-benar hanya diperankan oleh para pemula yang baru pertama kali mementaskan sebuah pementasan, Irvan dipentas yang ditonton oleh para maestro teater di Jakarta, sang sutradara, Mak Ayu Snow White Rahma Dona Wahyu Ningrum, adalah sutradara dadakan yang baru kali pertama menyutradarai sebuah pementasan teater.

Tapi beliau sangat berusaha keras menafsirkan naskah “Dukun-dukunan” menjadi sebuah karya adaftatif “Puthut Bukhari” dari “Le medecin malgre lui” karya Jean Baptise Paquelin dengan nama panggung Moliere hingga menghasilkan sebuah tontonan yang di luar dugaan, memukau penonton bahkan menggiring gelak tawa penonton.

Baca Juga:   Wakil Ketua Komisi V DPR RI Beri Bantuan Bus Sekolah kepada Uniga

Sajian renyah pertunjukan ini, ditampilkan oleh para aktor pemula, yang berlatar belakang santri tahfidz quran, Irvan Ardiansyah sebagai Pak Kasdi Dukun Eyang Progo, Fella Valentine sebagai Istri Pak Asdi, Ifra Al Zahra sebagai Putri Gagu, Kenken Firdaus sebagai perawat, Anggit Siti Fatimah sebagai Fajri asisten rumah tangga, dan Azriel sang penata musik yang cerdas.

Mak Ayu Snow White sebagai sutradara dan Kak Mulya Elha sebagai asisten sutradara benar-benar memberikan kebebasan eksplorasi akting kepada para pemeran, hingga tafsir naskah “Dukun-dukunan” menjadi lebih renyah dan bersahaja. (Abah Zaenal)


Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News, WhatsApp Channel dan Telegram Channel
Konten berbayar berikut adalah iklan platform Recreativ, Mixadvert, dan MGID. Gosipgarut.id tidak terkait dengan materi konten ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *