GOSIPGARUT.ID — Tasmana (50) Kepala Desa Karangsewu, Kecamatan Cisewu, Kabupaten Garut, kini terus berjuang menangani permasalahan stunting. Dengan segala keterbatasan dan kemampuannya, ia bertekad daerahnya terbebas dari penyakit itu.
Ia mengisahkan awal dirinya menjabat sebagai seorang kepala desa pada tahun 2017, harus dihadapkan kepada 50 orang yang dikategorikan stunting. Setidaknya ia merujuk hasil data dari mahasiswa yang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Karangsewu saat itu.
“Di waktu itu saya diundang oleh (Dinas) Kesehatan awalnya toh kenapa stunting itu ada (tetapi) tidak terjadi apa-apa. Tapi stunting itu banyak mengganggu, sewaktu sesudah saya terima (data kasus) stunting itu jelek, saya berkordinasi ke Dinas Kesehatan. Sesudah berkordinasi dengan Dinas Kesehatan, bahkan saya (bertanya-tanya) toh kenapa di Karangsewu ada stunting. Memang itu hasil (penelitian) mahasiswa UIN katanya, awalnya mahasiswa UIN,” ujar dia.
Tasmana berbicara hal itu di sela-sela acara Lokakarya untuk Pendalaman Serta Penguatan Strategi Komunikasi Perubahan Prilaku dalam Pencegahan Stunting di Kabupaten Garut yang digagas oleh Yayasan Cipta dan Satgas Penanganan Stunting Kabupaten Garut, beberapa waktu lalu.
Ia bercerita, bahwa salah satu penyebabnya adalah gaya hidup masyarakat serta belum ditunjang sarana prasarana kesehatan.
“Satu masalah belum ada posyandu waktu itu. Paling awal membangun posyandu, musyawarah untuk membangun posyandu sambil sosialiasasi, itu dananya dari dana desa. Kedua dari (aspek) kesehatan, ini masalah prilaku, prilaku seperti apa yang harus diubah. Pertama kebiasaan jamban, kebiasaan yang kadang-kadang buang air besar sembarangan. Kami arahkan juga waktu itu, diusahakan kepada semua mayarakat, warga Karangsewu membikin septictank. Meskipun sampai sekarang belum mencapai 100 persen, tapi alhamdulillah sudah ada realisasi,” jelas Tasmana.