GOSIPGARUT.ID — Jaringan Aktivis Garut Pilih Jokowi (Japri) memandang kebijakan pemerintah yang akan membangun jalan tol Cileunyi — Garut — Tasikmalaya — Banjar (Cigatasban) sudah sangat tepat. Sebab manfaat dibangunnya jalan tol tersebut bagi warga sekitar sangat besar.
“Bukan hanya untuk mengurai kemacetan, tetapi juga untuk meningkatkan produktivitas warga yang berada di cluster-cluster kecil seperti di Limbangan, Malangbong, dan Ciawi, sehingga akan jauh lebih berkembang karena mobilisasi barang dan orang akan jauh lebih cepat,” ujar Koordinator Japri, Dadan Wirahadikusuma.
Ia menegaskan, pembangunan pada dasarnya dilaksanakan untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat serta keharmonisan dengan lingkungan alam juga sosial.
Dadan menambahkan, dengan terjadinya mobilisasi barang dan orang jauh lebih cepat, produk-produk lokal yang ada di sejumlah cluster Garut tadi akan dengan mudah sampai ke lokasi tujuan.
“Bagi warga Kecamatan Selaawi misalnya yang merupakan sentra kerajinan bambu, dengan adanya akses tol ini akan semakin berkembang untuk memasarkan produk kerajinan tersebut hingga ke pasar luar negeri,” kata dia.
Atau sebaliknya, sambung Dadan, para wisatawan dari luar negeri bisa mengunjungi lokasi sentra kerajinan bambu di Kecamatan Selaawi dengan mudah karena ditunjang oleh akses tol.
Tak hanya bagi para pelaku usaha saja keuntungan keberadaan jalan tol tersebut, namun juga potensi pariwisata yang ada di kawasan Priangan Timur itu pun akan banyak dikunjungi oleh para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
“Seperti dikatahui bahwa kawasan Pringan Timur memiliki sejumlah destinasi wisata yang menarik, mulai dari wisata gunung hingga pantai. Selama ini kunjungan wisatawan ke Priangan Timur masih rendah karena belum ada akses jalan yang memadai,” jelas Dadan.
Terkait adanya kekhawatiran akan matinya usaha rumah makan di sepanjang jalur arteri Bandung — Garut — Tasikmalaya, ia memberikan solusi bahwa hal itu bisa difasilitasi oleh pemerintah dengan memindahkan para usaha rumah makan ke lokasi rest area yang disediakan oleh pihak Badan Pengelola Jalan Tol (BPJT).
“Rest area ini nantinya bukan hanya sebatas menjajakan makanan fast food, tetapi menyediakan juga berbagai hasil olahan kerajinan dan makanan khas daerah terutama di cluster-cluster Garut tadi bisa dibuatkan outlet-outlet rest area seperti cofee khas garut yang melegenda, dodol garut, krupuk kulit, hingga kerajinan khas daerah seperti produk bambu dari Selaawi,” ujar Dadan.
Selanjutnya, payung dan sendal dari Ciawi ataupun opak dari Rajapolah. “Saya kira ini yang harus diperhatikan oleh pemerintah sehingga kebaradaan rumah makan dan outlet oleh-oleh khas daerah yangg dilalui oleh tol Cigatasban tidak mati,” kata dia. (Yuyus YS)