Dan tahu kah kita, bahwa masyarakat bebas aktif, independen juga non partisan itu dominan diisi generasi muda indonesia, mereka yang umumnya lebih suka berinteraksi dengan teknologi, aktif mengerjakan hal yang nyata, sikapnya idenpenden juga anti kerumitan atas nama administrasi dan birokrasi.
Budaya kaum muda yang substantif, inovatif namun staylis itu, menurut saya hakikatnya adalah bentuk perlawanan alamiah terhadap tradisi lama yang diktator, formalitas, lamban, dan berbelit-belit.
Maka sudah menjadi hukum alam, jika suatu perlawanan pada giliranya sering mendapat kesempatan emasnya. Dan kini bisa saja disebut “gayung bersambut” ketika ada diantara anak muda semisal Gibran Rakabuming Raka yang tampil menjadi calon pemimpin bangsa. Dan tidak menutup kemungkinan respon positif dari kaum muda pun akan otomatis aktif alamiah tanpa rapat tanpa perintah.
Gerakan kaum muda itu masif meski tidak berkerumun ria atau sorak soranda dalam luapan eforia. Karena kaum muda Indonesia tidak seperti kelompok idiologis klasik yang menggemari basa-basi, seremonial, jampe-jampe, simbol dan warna. mereka bukan buih yang hanya ada di permukaan, sekalipun diantara mereka lebih banyak “silent voters”, namun jika mereka solid volume dan energinya cukup dahsyat untuk memberi legitimasi bagi kemenangan. ***
(Penulis, aktivis dan pemerhati sosial politik)