Bahkan sampai saat ini saya hanya mengajar di kampus almamater tempat bertugas. Memang dulu sempat mengajar di kampus lain sekitar dua semester, tapi persentasenya terlalu sedikit jika dibandingkan persentase mengajar di almamater.
Kebetulan saya diangkat menjadi PNS barengan dengan kakak. Saya sebagai dosen, dan kakak sebagai guru. Persyaratan kenaikan pangkat dan golongan untuk dosen lebih berat dari guru. Misalnya, naik ke III/b harus kuliah S2 dulu dengan biaya yang tidak sedikit. Saya harus pulang pergi Garut-Bandung untuk menghemat pengeluaran.
Terbayang bila saat itu tugas belajar yang membuat tunjangan berhenti, sudah pasti anak dan istri akan kekurangan biaya hidup. Dengan tunjangan berjalan saja kebutuhan dapur tersita oleh biaya kuliah. Di sisi lain, kalau tidak naik golongan, saya pasti akan mendapatkan peringatan.
Oleh karenanya pangkat dan golongan kakak lebih cepat naiknya dibandingkan saya. Melihat hal itu, naluri orang tua pasti hadir, sehingga beliau meminta saya untuk pulang ke Subang dan mengambil tugas PNS selain dosen di sana. Tetapi karena tugas ini diperoleh bukan karena keinginan, saya menganggapnya sebagai pilihan Tuhan yang harus dijalani dengan ikhlas. Saya tidak pernah bermimpi untuk menjadi dosen sebelum atau setelah lulus kuliah sarjana.
Alasan lain yang membuat tidak beranjak dari Garut adalah karena selepas kuliah saya berniat untuk membantu alm Kyai Anwar Musaddad, bukan karena siapa yang memimpin kampusnya. Oleh karenanya, saya tidak pernah banyak pertimbangan saat melakukan apapun yang terbaik untuk almamater.