GOSIPGARUT.ID — Perum Bulog Divre Jawa Barat akan mengalokasikan beras antara 1.000 ton hingga 2.000 ton beras per hari untuk menstabilkan harga beras melalui kegiatan operasi pasar.
“Operasi pasar tersebut akan mulai diintensifkan untuk mengantisipasi kenaikan harga beras, sambil menunggu panen raya pada Februari atau Maret 2019,” kata Kepala Divre Bulog Jawa Barat Ahmad Makmun, Jumat (4/1/2019).
Ia menuturkan, operasi pasar tersebut ditandai dengan pelepasan beberapa truk pengangkut beras dari Gudang Bulog di Gedebage oleh beserta Sekda Jabar Iwa Karniwa, unsur TNI, Polisi, BI dan lainnya di Gudang Bulog.
“Jika OP (operasi pasar) kami lakukan sepanjang tahun. Tetapi untuk saat ini, satu hari rata-rata 1.000 ton. Angka terbesar bisa sampai 2.000 ton,” ujar Makmun.
Menurut dia, 1.000 ton beras tersebut setara dengan 100 mobil dan akan didistribusikan melalui pedagang pengecer, rumah pangan, Satgas Bulog, kios serta penjualan langsung di beberapa pasar tradisional.
Seperti hari ini operasi pasar dilakukan di lima pasar tradisional di Kota Bandung seperti Pasar Kiaracondong, Sederhana, Andri, dan Pasar Baru.
“Kami melibatkan semua unsur untuk melakukan OP. Kalau harga terancam, kami melakukan OP untuk memasok beras ke pasar RT/RW, masyarakat, dan lainnya untuk menjamin bahwa beras aman,” kata Makmun.
Ia mengatakan operasi pasar tersebut juga untuk mengantisipasi iklim dan bencana sehingga daerah bisa langsung memanfaatkannya.
“Beras tersebut gabungan beras lokal dan impor 75.000 ton dari luar negeri dan 75.000 ton dalam negeri. Ketersediaan beras di Jabar mencapai 230.000 ton. Stok yang ada saat ini terbesar selama 10 tahun terakhir dengan stok sebanyak itu ketahanan beras Bulog bisa mencapai 16 bulan,” kata dia.